Pages

Selasa, 03 Juli 2012

Gambar Pertama Dengan CorelDRAW













The first alias si pertama.
Gambar ini nih, sewaktu pertama kalinya belajar Corel Draw.
Jelek? Oh so pastinya jelek, binti banget malah.

Asiknya Belajar Corel Draw

Dear sobat blogger ...
Meski di luar sana masih pada asik-asiknya liburan ke sana kemari mencari alamat, berbeda dengan diriku yang satu ini. Uh ... berangkat bimbel komputer. Materi kali ini adalah belajar corel draw, tau kan apa itu corel draw. Menurut saya sendiri, corel draw adalah salah satu software atau aplikasi pengolah gambar. Aduh ... Sotoy banget sih.
Gimana sih rasanya belajar yang namanya corel draw itu?
Pake nanya lagi, yang pasti seneng binti bahagia banget. Bisa buat gambar saudara sendiri alias hewan-hewan tanpa copi paste.
Apa aja sih kelebihan corel draw?
Apa ya .... Kelebihan berat badan mungkin, em moga aja si corel juga kelebihan makanan supaya bisa bagi-bagi. Kembali ke topik alias tema. Corel draw bisa  menanamkan pada jiwa kita rasa

Senin, 07 Mei 2012

Hal Yang Dibutuhkan Dalam Menulis Fiksi


HAL YANG DIBUTUHKAN DALAM MENULIS FIKSI


Petunjuk berikut ini akan membantu Anda dalam menulis cerita yang lebih mengalir dan jelas. Juga membantu Anda mendapatkan inspirasi dan menulis dengan lebih cepat.

MENULISKAN ADEGAN

Bagian ini hanya Anda gunakan untuk menulis, menulis, dan menulis! Tulis apa pun yang Anda inginkan untuk ditulis. Jika Anda telah mempunyai gambaran alur ceritanya, itu lebih baik, tapi kalau belum juga tidak menjadi masalah. Tetaplah menuliskan adegan-adegan secara terpisah, meski mungkin tidak ada kesinambungan antara satu dengan yang lainnya. Percayalah pada imajinasi Anda dalam menciptakan sebuah alur yang menarik dan setelah itu, Anda akan mempunyai bahan mentah yang cukup banyak untuk dikembangkan. Beberapa adegan mungkin bisa dipasang di dalam cerita walau beberapa mungkin tidak. Namun, menulis dengan kemauan akan membuat ide-ide baru muncul dan dengan begitu, jalan cerita yang Anda buat akan perlahan terbentuk dan berkembang sampai Anda bisa menentukan garis besar jalan ceritanya. Apabila inspirasi Anda macet, duduklah dan biarkan pikiran Anda melayang. Pilih situasi yang mendukung, berkhayallah! Bayangkan tentang orang-orang, tempat-tempat, dialog-dialog, aksi-reaksi, dan sebagainya. Jangan terburu-buru memberi penilaian pada tulisan atau ide-ide Anda pada tahap ini. Dan, jika Anda mengetiknya langsung di komputer, matikan monitor Anda dan mengetiklah. Beberapa adegan, ide, kata, dan kalimat mungkin akan tampak kacau, namun Anda masih bisa memperbaikinya nanti. Yang terpenting pada tahap ini adalah menciptakan materi-materi mentah sebanyak-banyaknya. Jumlah yang banyak akan membuat Anda bersemangat dan pikiran Anda tidak akan disibukkan dengan mengedit tulisan, membaca ulang, dan mengkritisi diri sendiri.
Setelah selesai dengan draft pertama, aturlah sedemikian rupa supaya bahan-bahan itu tidak berantakan. Pada saat melakukan hal ini, barangkali Anda akan bingung dengan urutan dan catatan-catatan yang telah dibuat, terutama jika Anda menuliskan tulisan panjang seperti novel. Mula-mula berilah nama untuk setiap adegan dan simpan di bagian Struktur Cerita. Urutan nomor adegan, bab, dan klimaks bisa dinamai nanti pada tahap pembangunan cerita. Terkadang saat inspirasi tidak kunjung datang, gunakan saja cara lama: "brainstorming" (membuat coretan kasar)! Tulis sebuah kata, lalu kata lain dan yang lain lagi. Jangan batasi diri Anda! Tuliskan kata apa saja yang muncul di benak Anda, dapat dimulai dengan kata yang berhubungan dengan setting/lokasi, atau karakterisasi dan ide-ide lain yang akan muncul sehingga akhirnya membuat gambaran tentang sebuah adegan. Sekali lagi, jangan batasi diri Anda! Beberapa adegan pada awalnya mungkin terlihat tidak cocok antara satu dengan yang lainnya, dan yang lain bahkan sepertinya bertentangan dengan akhir cerita, semua itu akan memberi ide-ide yang lebih segar untuk isi, alur, setting, dan karakter cerita.

MEMBANGUN CERITA
Membangun cerita berarti membuat urutan adegan dan kurang lebih sama dengan membuat garis besar jalan cerita untuk plot/alur cerita yang akan Anda buat. Anda mungkin telah mempunyai 15-50 adegan, atau bahkan lebih lagi, saat Anda telah memutuskan untuk menentukan garis cerita dan membuat garis besar jalan ceritanya. Tulis kembali daftar nama adegan yang telah Anda buat sampai Anda merasa sudah cocok. Masukkan juga nama adegan yang belum Anda tulis namun penting sebagai penghubung antaradegan yang telah ada.
Mulailah memikirkan juga bagaimana mengelompokkan daftar nama adegan ke dalam bab-bab. Memikirkan hal ini juga bisa membantu Anda dalam membangun garis cerita. Di tahap inilah Anda perlahan membangun garis besar cerita Anda. Saat Anda melakukan hal ini, carilah unsur-unsur kunci dalam cerita yang dapat memberi kesan dramatis. Berikut hanyalah contoh klasik dan tentu saja hanyalah sebuah pilihan. Anda tentu mempunyai cara Anda sendiri. Jangan lupa, jika sebuah daftar bahan hanya akan membatasi kemungkinan yang akan Anda dapat nanti, sementara cerita yang hebat dan inovatif seringkali muncul bersama dengan ide-ide baru. Inilah beberapa cara yang biasa dilakukan orang. Pisahkan karakter-karakter Anda dan beri mereka peran cerita. Tentukan mana tokoh utama dan sang protagonis. Seringkali, meski tidak selalu, mereka adalah orang yang sama. Misalnya, sebuah cerita adalah cerita berdasarkan cara pandang seorang tokoh, maka dia adalah si tokoh utama. Namun sang protagonis bisa jadi adalah orang lain, atau tokoh di sekitar si tokoh utama yang lebih banyak berperan dalam cerita sehubungan dengan tujuan dan pengembangan tema cerita. Saat Anda menentukan urutan dan mengatur kembali adegan dalam tahap adegan, berikan sela yakni beberapa lembar atau baris kosong antaradegan untuk adegan-adegan penghubung yang masih perlu ditambahkan. Ketika semua itu telah selesai, Anda kini dapat menuliskan draft pertama dari adegan-adegan tersebut.

STRUKTUR CERITA

Karakterisasi Adegan
Ketika Anda telah mempunyai urutan adegan, lebih lanjut Anda dapat menentukan struktur cerita. Untuk ini, daftar adegan yang telah Anda buat dapat membantu menentukan karakterisasi adegan lebih lanjut:

Intensitas dan Mood.
Mulailah memberi rating nilai atas suasana untuk setiap adegan. Anda dapat menilainya berdasar hal-hal/kejadian yang terjadi pada setiap adegan, atau berdasarkan menarik tidaknya suatu adegan bagi pembacanya. Beri penilaian antara 1 untuk yang terendah sampai 5 untuk yang tertinggi di daftar adegan Anda untuk menyeimbangkan dramatisasi cerita Anda dan menentukan di mana harus mempertajam alur untuk membuat pembaca tetap tertarik.
Anda dapat juga menentukan mood per adegan, 5 macam mood yang dapat Anda pakai, antara lain: romantis, komikal, santai, tegang, dan mengancam.
Namun sekali lagi, Anda dapat memberi tambahan lain di luar itu. Ingatlah bahwa mood dan suasana kadang akan berjalan beriringan, walau tidak selalu. Adegan romantis dan komikal bisa jadi berlangsung keras sementara adegan kebencian bisa jadi berjalan dengan lembut. Adegan seperti itu bisa jadi sulit, mengekspresikan sesuatu tanpa benar-benar menimbulkan suasana seperti itu. Mengkualifikasikan adegan-adegan tersebut dengan mood dan suasana dapat membantu memberi inspirasi alur yang lebih dramatis dalam adegan yang telah ada.

Karakterisasi Cerita
Pada bagian ini Anda akan dapat menentukan beberapa hal yang merupakan unsur-unsur umum dalam cerita:

1. Tema
Cerita seringkali ditentukan oleh tema. Pertentangan antara kebaikan dan kejahatan, pertumbuhan, kedewasaan, cinta, kebebasan, kematian dan lainnya. Di sini Anda diharap menentukan tema umum cerita Anda. Tiap saat Anda merujuk ke bagian Struktur Cerita setelah Anda melengkapi draft akhir adegan Anda nantinya, bagian ini akan mengingatkan Anda untuk memikirkan tentang unsur-unsur baru yang mungkin cocok dengan tema baru yang mungkin akan datang.

2. Tujuan
Sekarang protagonis Anda harus ditentukan tujuannya. Gambarkan di sini dan secara singkat pula jelaskan apakah karakter tersebut dapat mencapai tujuannya atau tidak. Tujuan adalah unsur yang bagus dalam menentukan hubungan antarkarakter. Ingatlah, bagaimanapun juga sebuah cerita bukanlah tentang mengejar sebuah tujuan yang spesifik.

3. Penyelesaian
Kadangakala kekuatan dari sebuah cerita adalah penyelesaian yang menarik. Jika cerita Anda berakhir dengan "kejutan". Tahap ini akan membantu Anda dalam memasukkannya ke dalam cerita. Catatan: Banyak cerita memberi sang protagonis sebuah tujuan, tapi ada juga yang tidak. Beberapa cerita berakhir dengan penyelesaian yang tidak pernah disangka-sangka sebelumnya. Kadang ada yang memakai keduanya.

PENGEMBANGAN KARAKTER
Dalam rangka membangun potensi yang maksimum, kini Anda perlu menuliskan hal-hal berikut ini:

1. Biografi Karakter
Menjelaskan secara singkat latar belakang, kepribadian, hubungan si tokoh dengan beberapa tokoh/karakter kunci lain yang berperan di dalamnya. Tuliskan sebanyak-banyaknya, namun jangan lupa memberi nomor untuk tiap-tiap halaman demi memudahkan Anda menengoknya lagi nanti. Menuliskan ini akan membantu Anda menemukan apa yang dimiliki oleh tiap-tiap karakter dalam satu tempat. Pergunakan bagian ini untuk mengembangkan beberapa aspek lain dari mereka. Juga, berikan keterangan spesifik mengenai tempat/lokasi di mana para karakter itu berada di dalam cerita baik karakter utama, protagonis, protagonis pendukung, antagonis, antagonis pendukung, komikal (karakter yang membawa suasana komikal setelah adegan yang menegangkan) dan yang lainnya. Beberapa karakter dapat berada di dua tempat. Mereka bisa karakter yang mana saja. Setelah itu, jelaskan secara singkat peran tiap karakter dalam cerita. Bagaimana mereka bisa mendukung sang protagonis atau antagonis? Bagaimana sang protagonis berhasil (atau gagal) mencapai tujuannya (jika ada). Jelaskan kepribadian si tokoh komikal (comic character) dan beri mereka peran yang sesuai. Berikan kata-kata singkat bagaimana tokoh/karakter tersebut berkembang atau menurun, apa yang ia pelajari atau lupakan, apa yang ia dapat atau lepaskan.

2. Atribut Karakter
Ketika Anda telah menulis cukup banyak adegan, Anda, paling tidak telah mempunyai gambaran tentang karakter yang tepat. Gunakan bagian ini untuk menjelaskan lebih jauh tentang mereka dan ide-ide bagaimana mereka dapat berkembang ke arah lebih lanjut. Atribut/ perlengkapan di sini bisa jadi adalah secara fisik, emosi, intelektual, dan sosial. Atribut secara psikologis tidak dituliskan karena hal tersebut akan dapat ditemukan di bagian emosi. Selanjutnya, tuliskan juga mengenai kemampuan atau pengetahuan yang akan didapat atau dikembangkan si tokoh dalam cerita. Tulis juga mengenai apa yang disukai atau yang tidak disukai oleh si tokoh. Ini adalah aspek penting dalam pengembangan karakter supaya pembaca dapat mengenali karakter tersebut sebagai manusia dengan segala kebutuhan, kelemahan, dan lainnya.
Tiap hal mempunyai beberapa atribut yang dapat Anda pilih atau hilangkan. Anda dapat menambahkan yang lain lagi, namun saya tidak menganjurkan daftar atribut yang terlalu panjang. Anda dapat membaginya per adegan atau per karakter. Tak perlu terlalu lama berkutat di bagian ini sehingga malah membuat Anda terbebani. Pilih beberapa atribut saja yang paling tepat sehingga nantinya akan dapat memberi inspirasi baru supaya karakter yang Anda bangun akan menjadi lebih berharga.
Daftar atribut yang pertama sebaiknya singkat saja, daftar itu akan dimasukkan di bagian karakter. Kemudian di dalam setiap adegan, Anda tinggal menambah atau mengurangi atribut yang telah ada berdasar pengembangan karakter di tiap adegan, tandailah kemajuan atau kemunduran yang dialami si tokoh di tiap adegan. Berikan juga perhatian pada perlengkapan atau apa yang dikenakan si karakter. Dalam beberapa adegan, mungkin saja dia memakai pakaian yang berbeda atau menemukan sesuatu yang menarik.

3. Deskripsi Tempat
Buatlah suatu "objek" yang paling penting bagi karakter Anda. Yang saya maksud adalah sesuatu yang bersifat fisik: barang, perabotan, bau, mood, lingkungan, cahaya, suara, dan sebagainya. Segala sesuatu yang dapat Anda hubungkan secara emosional pada satu atau lebih karakter. Hal tersebut dapat memberikan sumbangan besar untuk menguatkan identitas suatu karakter di dalam cerita.
Dalam sebuah cerita, Anda dapat memberikan deskripsi suatu tempat yang berbeda-beda pada banyak adegan. Usahakan jangan membuat satu adegan yang penuh dengan deskripsi tempat, namun lebih baik Anda lakukan seturut dengan alur cerita. Hal itu supaya saat tiba waktunya Anda menulis ulang adegan-adegan, Anda akan dapat menentukan aspek mana dari tiap penggambaran itu yang cocok dengan adegan-adegannya.

4. Hubungan antara Tempat dan Karakter
Untuk memperkuat identitas sebuah karakter, hubungan emosional antara sang tokoh dengan tempat-tempat dalam cerita sangatlah penting, dalam hal ini adalah demi menguatkan imajinasi pembaca yang muncul atas penggambaran setiap tempat dalam cerita. Beberapa hubungan tercipta melalui sinergi untuk memperkuat kesan cerita Anda terhadap para pembaca. Ikatan-ikatan yang dapat dikembangkan itu antara lain, ingatan dan benda-benda.
Ingatan dapat dikembangkan saat si tokoh kembali setelah lama menghilang. Hal-hal itu juga dapat digunakan dalam memperkuat dampak akibat perginya si tokoh, baik karena menghilang maupun meninggal dunia, atau sebab-sebab lain seperti pernikahan dan lainnya. Keberadaan atau kemunculan kembali sebuah ingatan juga dapat digunakan sebagai salah satu alat yang mendasari berkembangnya sebuah hubungan antarkarakter/tokoh dalam cerita.
Ingatan/memori bisa berfokus pada sebuah benda/objek. Tentukanlah benda/objek apa dan bagaimana benda/objek itu dapat menjadi sesuatu yang diingat oleh karakter yang ditentukan, juga bagaimana ingatan objek bisa meliputi bukan hanya benda secara fisik namun juga sifat sebuah tempat seperti bau, cahaya, suhu, dan sebagainya atau bahkan kombinasi dari semuanya.

KESIMPULAN
Anda kini telah mempunyai semua unsur untuk membangun sebuah cerita yang lengkap dan hebat seperti halnya seorang tukang kayu yang akan membangun sebuah rumah. Gabungkan bahan-bahan mentah yang diperlukan untuk menulis sebuah adegan. Selanjutnya taruh dasarnya dengan menggunakan apa yang Anda tulis di bagian Struktur Cerita. Kembangkan karakter dan setting sejalan dengan isi. Gabungkan semuanya dengan menulis ulang tiap adegan guna menyesuaikan semuanya dengan garis cerita, masukkan juga semua unsur yang ada di tahap pengembangan. Menulis cerita adalah proyek yang mendebarkan. Rencanakan hal itu sesuai ambisi Anda, hormatilah jadwal yang Anda buat. Itulah guna panduan ini! Ini akan membantu Anda untuk tetap bersemangat dan pantang menyerah dalam melaksanakan proyek tersebut.
Meski semuanya bisa tidak berjalan sebagaimana direncanakan, perencanaan tetaplah cara terbaik untuk memastikan semua berjalan baik. Bekerjalah dengan dasar yang tetap, kadang bisa beberapa menit kadang bisa berjam-jam. Mengerjakan proyek ini sekitar 5 menit per hari akan membawa Anda lebih jauh dan bahkan lebih cepat dari yang Anda bayangkan. Yang penting, buat ini sebagai pengalaman yang menyenangkan dalam setiap langkahnya.

Tips Agar Tulisan Dimuat Media Massa


Tips Agar Tulisan Dimuat Media Massa

Taruhlah kemampuan menulis sudah lumayan, tidak masalah lagi. Justru yang sering jadi kendala itu ketika hendak mempublikasikannya. Setelah dikirim ke media massa, ditunggu-tunggu sekian waktu, tak juga kunjung dimuat. Kasus seperti ini cukup banyak dialami orang, terutama oleh calon penulis. Akibatnya, niat yang semula begitu menggebu-gebu untuk jadi penulis berangsur redup.
Untuk menghindari hal demikian, berikut ini ada beberapa tips agar tulisan kita dimuat di media massa
·         Pertama
Pelajari media cetak bersangkutan. Sebab, masing-masing koran, tabloid, majalah, itu berbeda-beda segmentasi atau sasaran pembacanya. Dari awal pihak pengelola pasti punya ‘standar’ tertentu. Boleh jadi tulisan Anda sudah bagus, tapi karena tidak sesuai dengan visi dan misi media terkait, akhirnya ditolak. Contoh, Anda menulis cerita remaja pro-pacaran dengan aneka pergaulan bebasnya, tentu tidak cocok bila dikirim ke Serambi Ummah, Annida, Muslimah, atau Sabili. Begitu pula, jika Anda menulis cerpen yang sarat nuansa islami, tapi dikirim ke media massa yang dikelola oleh orang-orang komunitas Utan Kayu, kemungkinan besar akan terganjal karena berbeda paham atau aliran. Kurnia Effendi pernah dimintai tulisan oleh redaktur majalah Matra untuk menyambut momen tertentu. Begitu naskah dikirim, ternyata dinilai terlalu feminim, bertentangan dengan citra maskulin yang menjadi ciri khas media bersangkutan. Begitu pula cerpen keduanya, masih dianggap kurang pas. Baru pada kali ketiga karya Kurnia diterima.
Bayangkan, itu redaktur sendiri lho yang minta, namun tetap saja tidak bisa langsung disetujui. Ini bukan berarti tulisan Kurnia Effendi yang terdahulu jelek — buktinya cerpen pertama dimuat di majalah Femina dan yang kedua diterbitkan Kompas — tapi ada kriteria tertentu yang harus dipenuhi.
Termasuk masalah rubrik, kalau di media massa tersebut tidak ada ruang untuk puisi misalnya, jangan ngotot mengirimkan puisi. Mubazir, tidak bakalan dimuat. Sebab, bukan redaktur yang harus menyesuaikan dengan penulis, tapi penulislah yang mesti jeli ‘membaca’ mau redaktur.
·         Kedua
Khusus bagi penulis pemula sebagai langkah awal sebaiknya mengirim tulisan ke koran lokal dulu, sebab seleksinya cenderung lebih longgar, sehingga kemungkinan untuk dimuat pun lebih besar. Anggaplah Anda masih tahap belajar, sekaligus dalam upaya menumbuhkan kepercayaan diri. Nanti kalau telah terbiasa dan piawai menulis, baru membidik media nasional.
Jangan sampai baru satu-dua kali menulis sastra sudah buru-buru mau menaklukkan Horison misalnya, dikhawatirkan lantaran persaingan yang ketat, tunas layu sebelum berkembang. Sebenarnya bukan tidak berpotensi untuk jadi penulis, tapi cuma karena keliru menerapkan strategi. Ingat, pertumbuhan manusia sendiri melalui fase-fase tertentu: dari berbaring, duduk, merangkak, berdiri, dan seterusnya, tidak bisa langsung melenggang. Begitu pula dalam urusan mempublikasikan tulisan.
·         Ketiga
Setelah Anda mengirim sebuah tulisan ke media massa, segera tulis topik yang lain. Jangan tunggu dimuat dulu, baru menulis lagi. Sebab, urusan kapan tulisan tersebut dimuat itu sudah di luar wewenang penulis, toh Anda tidak mungkin mengendalikan hati dan pikiran redaktur. Jadi, lakukanlah apa yang bisa dilakukan, yakni teruslah menulis. Bukankah dalam hukum probalitas, semakin banyak tulisan yang kita kirim, semakin besar pula kemungkinan untuk dimuat?
·         Keempat
Kalau bisa mempublikasikan tulisan jangan terpaku hanya pada satu media. Kalau cerpen atau artikel Anda minggu ini dimuat di koran A, kecil kemungkinan edisi depan diisi karya Anda lagi. Sebab, selain mempertimbangkan mutu, redaktur juga ingin memberi kesempatan pada penulis lain. Tidak mau medianya hanya didominasi orang-orang tertentu. Kecuali, bila Anda diminta jadi pengasuh rubrik tetap. Untuk sampai pada tahap tersebut, tentu saja Anda harus punya brand yang ‘menjual’ dan kesempatan tersebut agak langka.
·         Kelima
Seorang penulis harus melek teknologi. Jangan sampai orang lain mengirim tulisan lewat email, Anda masih menggunakan mesin tik atau tulis tangan. Kalau di waktu bersamaan ada dua tulisan dengan kualitas yang sama, tentu redaktur akan mengambil yang lebih praktis. Daripada mengetik ulang tulisan Anda mending mengambil file yang sudah siap saji.
·         Keenam
Kenal dan bersahabat dengan redaktur boleh jadi merupakan nilai plus tersendiri untuk memuluskan peluang tulisan Anda dimuat. Tapi, tetap saja itu bukan suatu jaminan. Karena di sisi lain redaktur pun harus bertindak profesional. Kalau ada tulisan lain yang masuk duluan berbulan-bulan, sementara tulisan Anda baru kemarin diterima, lantas Anda minta diprioritaskan karena merasa punya hubungan dekat, juga tidak adil. Objektivitas tetap perlu dikedepankan.
·         Ketujuh
Hindari mengirimkan tulisan kembar apalagi plagiat. Jika itu Anda lakukan dan ketahuan, sama artinya mencederai kepercayaan redaktur yang selama ini terbina.
Tulisan kembar maksudnya karya yang sudah dimuat di media A, kemudian dikirim lagi ke koran B, entah isinya sama persis maupun judulnya doang yang dirubah, tetap saja tidak fair. Hal itu akan menimbulkan asumsi negatif di benak redaktur. Pertama, si penulis dianggap sudah kehabisan ide dan kreativitas, sehingga hanya mampu menembakkan ‘selongsong’ bukan ‘peluru’ baru. Kedua, ini agak ekstrem, Anda dinilai mata duitan karena ingin menangguk honor secara double.
Sedangkan karya plagiat ialah menyontek total atau sebagian karya orang lain. Akibatnya bisa fatal, nama Anda di-black list atau pemilik karya aslinya menuntut ke meja hijau karena hak intelektualnya dilanggar. Jadi, bagi yang pernah melakukan segera hentikanlah kebiasaan buruk ini.
·         Delapan
Simpanlah arsip tulisan Anda. Dengan demikian, kalau tulisan Anda ditolak, Anda masih bisa mengirim ke koran, tabloid, atau majalah lain. Terserah mau direvisi atau dibiarkan utuh seperti semula. Sebab, siapa tahu di media yang berbeda karya Anda diterima.
Kalaupun tulisan tersebut tetap dianggap tidak layak muat, jangan keburu putus asa. Jika sewaktu-waktu kebetulan punya modal, silakan Anda terbitkan sendiri. Tidak mustahil tulisan Anda yang tadinya disepelekan orang, ketika dibukukan justru best seller. Bagaimanapun yang paling menentukan apakah tulisan itu diminati atau tidak, pada akhirnya ada di tangan masyarakat pembaca.
Semoga beberapa tips di atas bisa bermanfaat. Selamat mencoba!

Membuat Kerangka Karangan


Membuat Kerangka Karangan

Ada 2 macam karangan yaitu karangan yang bersifat fiksi dan karangan yang bersifat nonfiksi. Fiksi lebih kearah khayalan sedangkan nonfiksi lebih ke arah kejadian nyata (benar-benar terjadi). Penulisan karya tulis merupakan salah satu contoh karangan nonfiksi karena kejadiannya yang benar-benar dialami, atau dikerjakan. Sedangkan karangan fiksi contoh nyatanya adalah cerita pendek yang terkadang berupa cerita yang tidak mungkin terjadi.
Pada dasarnya, untuk menyusun karangan dibutuhkan langkah-langkah awal untuk membentuk kebiasaan teratur dan sistematis yang memudahkan kita dalam mengembangkan karangan.
Langkah-Langkah Menyusun Karangan.
1.  Menentukan tema dan judul
Sebelum anda mau melangkah, pertama kali dipikirkan adalah mau kemana kita berjalan? lalu bila menulis, apa yang akan kita tulis? Tema adalah pokok persoalan, permasalahan, atau pokok pembicaraan yang mendasari suatu karangan. Sedangkan yang dimaksud dengan judul adalah kepala karangan. Kalau tema cakupannya lebih besar dan menyangkut pada persoalan yang diangkat sedangkan judul lebih pada penjelasan awal (penunjuk singkat) isi karangan yang akan ditulis.
Tema sangat terpengaruh terhadap wawasan penulis. Semakin banyak penulis membiasakan membaca buku, semakin banyak aktifitas menulis akan memperlancar penulis memperoleh tema.
Namun, bagi pemula perlu memperhatikan beberapa hal penting agar tema yang diangkat mudah dikembangkan. diantaranya :
a. Jangan mengambil tema yang bahasannya terlalu luas.
b. Pilih tema yang kita sukai dan kita yakini dapat kita kembangkan.
c. Pilih tema yang sumber atau bahan-bahannya dapat dengan mudah kita peroleh.
Terkadang memang dalam menentukan tema tidak selamanya selalu sesuai dengan syarat-syarat diatas. Contohnya saat lomba mengarang, tema sudah disediakan sebelumnya dan kita hanya bisa memakainya.Ketika tema sudah didapatkan, perlu diuraikan atau membahas tema menjadi suatu bentuk karangan yang terarah dan sistematis. Salah satu caranya dengan menentukan judul karangan. Judul yang baik adalah judul yang dapat menyiratkan isi keseluruhan karangan kita.
2. Mengumpulkan bahan
Setelah punya tujuan, dan mau melangkah, lalu apa bekal anda? Sebelum melanjutkan menulis, perlu ada bahan yang menjadi bekal dalam menunjukkan eksistensi tulisan. Bagaimana ide, dan inovasi dapat diperhatikan kalau tidak ada hal yang menjadi bahan ide tersebut muncul. Buat apa ide muluk-muluk kalau tidak diperlukan. Perlu ada dasar bekal dalam melanjutkan penulisan.
Untuk membiasakan, kumpulkanlah kliping-kliping masalah tertentu (biasanya yang menarik penulis) dalam berbagai bidang dengan rapi. Hal ini perlu dibiasakan calon penulis agar ketika dibutuhkan dalam tulisan, penulis dapat membuka kembali kliping yang tersimpan sesuai bidangnya. Banyak cara mengumpulkannya, masing-masing penulis mempunyai cara sesuai juga dengan tujuan tulisannya.
3. Menyeleksi bahan
Setelah ada bekal, dan mulai berjalan, tapi bekal mana yang akan dibawa? agar tidak terlalu bias dan abstrak, perlu dipilih bahan-bahan yang sesuai dengan tema pembahasan. Polanya melalui klarifikasi tingkat urgensi bahan yang telah dikumpulkan dengan teliti dan sistematis. berikut ini petunjuk-petunjuknya:
a. Catat hal penting semampunya.
b. Jadikan membaca sebagai kebutuhan.
c. .Banyak diskusi, dan mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah.
4. Membuat kerangka
Bekal ada, terpilih lagi, terus melangkah yang mana dulu? Perlu kita susun selangkah demi selangkah agar tujuan awal kita dalam menulis tidak hilang atau melebar ditengah jalan. Kerangka karangan menguraikan tiap topik atau masalah menjadi beberapa bahasan yang lebih fokus dan terukur.
Kerangka karangan belum tentu sama dengan daftar isi, atau uraian per bab. Kerangka ini merupakan catatan kecil yang sewaktu-waktu dapat berubah dengan tujuan untuk mencapai tahap yang sempurna.
Berikut fungsi kerangka karangan :
a .Memudahkan pengelolaan susunan karangan agar teratur dan sistematis
b. Memudahkan penulis dalam menguraikan setiap permasalahan.
c. Membantu menyeleksi materi yang penting maupun yang tidak penting
Tahapan dalam menyusun kerangka karangan :
a. Mencatat gagasan. Alat yang mudah digunakan adalah pohon pikiran (diagram yang menjelaskan gagasan2 yang timbul)
b. Mengatur urutan gagasan.
c. Memeriksa kembali yang telah diatur dalam bab dan subbab
d .Membuat kerangka yang terperinci dan lengkap
Merangka karangan yang baik adalah kerangka yang urut dan logis. Bila terdapat ide yang bersilangan, akan mempersulit proses pengembangan karangan. (karangan tidak mengalir)
5. Mengembangkan kerangka karangan
Proses pengembangan karangan tergantung sepenuhnya pada penguasaan kita terhadap materi yang hendak kita tulis. Jika benar-benar memahami materi dengan baik, permasalahan dapat diangkat dengan kreatif, mengalir dan nyata. Terbukti pula kekuatan bahan materi yang kita kumpulkan dalam menyediakan wawasan untuk mengembangkan karangan.
Pengembangan karangan juga jangan sampai menumpuk dengan pokok permasalahan yang lain. Untuk itu pengembangannya harus sistematis, dan terarah. Alur pengembangan juga harus disusun secara teliti dan cermat. Semakin sistematis, logis dan relevan pada tema yang ditentukan, semakin berbobot pula tulisan yang dihasilkan.