Senin, 06 Agustus 2012
Minggu, 05 Agustus 2012
Rabu, 25 Juli 2012
Selasa, 24 Juli 2012
Selasa, 03 Juli 2012
Gambar Pertama Dengan CorelDRAW
The first alias si pertama.
Gambar ini nih, sewaktu pertama kalinya belajar Corel Draw.
Jelek? Oh so pastinya jelek, binti banget malah.
Asiknya Belajar Corel Draw
Dear sobat blogger ...
Meski di luar sana masih pada asik-asiknya liburan ke sana kemari mencari alamat, berbeda dengan diriku yang satu ini. Uh ... berangkat bimbel komputer. Materi kali ini adalah belajar corel draw, tau kan apa itu corel draw. Menurut saya sendiri, corel draw adalah salah satu software atau aplikasi pengolah gambar. Aduh ... Sotoy banget sih.
Gimana sih rasanya belajar yang namanya corel draw itu?
Pake nanya lagi, yang pasti seneng binti bahagia banget. Bisa buat gambar saudara sendiri alias hewan-hewan tanpa copi paste.
Apa aja sih kelebihan corel draw?
Apa ya .... Kelebihan berat badan mungkin, em moga aja si corel juga kelebihan makanan supaya bisa bagi-bagi. Kembali ke topik alias tema. Corel draw bisa menanamkan pada jiwa kita rasa
Meski di luar sana masih pada asik-asiknya liburan ke sana kemari mencari alamat, berbeda dengan diriku yang satu ini. Uh ... berangkat bimbel komputer. Materi kali ini adalah belajar corel draw, tau kan apa itu corel draw. Menurut saya sendiri, corel draw adalah salah satu software atau aplikasi pengolah gambar. Aduh ... Sotoy banget sih.
Gimana sih rasanya belajar yang namanya corel draw itu?
Pake nanya lagi, yang pasti seneng binti bahagia banget. Bisa buat gambar saudara sendiri alias hewan-hewan tanpa copi paste.
Apa aja sih kelebihan corel draw?
Apa ya .... Kelebihan berat badan mungkin, em moga aja si corel juga kelebihan makanan supaya bisa bagi-bagi. Kembali ke topik alias tema. Corel draw bisa menanamkan pada jiwa kita rasa
Senin, 07 Mei 2012
Hal Yang Dibutuhkan Dalam Menulis Fiksi
HAL YANG DIBUTUHKAN DALAM
MENULIS FIKSI
Petunjuk berikut ini akan membantu Anda dalam menulis cerita yang lebih
mengalir dan jelas. Juga membantu Anda mendapatkan inspirasi dan menulis dengan
lebih cepat.
MENULISKAN
ADEGAN
Bagian ini hanya Anda gunakan untuk menulis, menulis, dan menulis! Tulis
apa pun yang Anda inginkan untuk ditulis. Jika Anda telah mempunyai gambaran
alur ceritanya, itu lebih baik, tapi kalau belum juga tidak menjadi masalah.
Tetaplah menuliskan adegan-adegan secara terpisah, meski mungkin tidak ada
kesinambungan antara satu dengan yang lainnya. Percayalah pada imajinasi Anda
dalam menciptakan sebuah alur yang menarik dan setelah itu, Anda akan mempunyai
bahan mentah yang cukup banyak untuk dikembangkan. Beberapa adegan mungkin bisa
dipasang di dalam cerita walau beberapa mungkin tidak. Namun, menulis dengan
kemauan akan membuat ide-ide baru muncul dan dengan begitu, jalan cerita yang
Anda buat akan perlahan terbentuk dan berkembang sampai Anda bisa menentukan
garis besar jalan ceritanya. Apabila inspirasi Anda macet, duduklah dan biarkan
pikiran Anda melayang. Pilih situasi yang mendukung, berkhayallah! Bayangkan
tentang orang-orang, tempat-tempat, dialog-dialog, aksi-reaksi, dan sebagainya.
Jangan terburu-buru memberi penilaian pada tulisan atau ide-ide Anda pada tahap
ini. Dan, jika Anda mengetiknya langsung di komputer, matikan monitor Anda dan
mengetiklah. Beberapa adegan, ide, kata, dan kalimat mungkin akan tampak kacau,
namun Anda masih bisa memperbaikinya nanti. Yang terpenting pada tahap ini
adalah menciptakan materi-materi mentah sebanyak-banyaknya. Jumlah yang banyak
akan membuat Anda bersemangat dan pikiran Anda tidak akan disibukkan dengan
mengedit tulisan, membaca ulang, dan mengkritisi diri sendiri.
Setelah selesai dengan draft pertama, aturlah sedemikian rupa supaya
bahan-bahan itu tidak berantakan. Pada saat melakukan hal ini, barangkali Anda
akan bingung dengan urutan dan catatan-catatan yang telah dibuat, terutama jika
Anda menuliskan tulisan panjang seperti novel. Mula-mula berilah nama untuk
setiap adegan dan simpan di bagian Struktur Cerita. Urutan nomor adegan, bab,
dan klimaks bisa dinamai nanti pada tahap pembangunan cerita. Terkadang saat
inspirasi tidak kunjung datang, gunakan saja cara lama: "brainstorming"
(membuat coretan kasar)! Tulis sebuah kata, lalu kata lain dan yang lain lagi.
Jangan batasi diri Anda! Tuliskan kata apa saja yang muncul di benak Anda,
dapat dimulai dengan kata yang berhubungan dengan setting/lokasi, atau
karakterisasi dan ide-ide lain yang akan muncul sehingga akhirnya membuat
gambaran tentang sebuah adegan. Sekali lagi, jangan batasi diri Anda! Beberapa
adegan pada awalnya mungkin terlihat tidak cocok antara satu dengan yang
lainnya, dan yang lain bahkan sepertinya bertentangan dengan akhir cerita,
semua itu akan memberi ide-ide yang lebih segar untuk isi, alur, setting, dan
karakter cerita.
MEMBANGUN
CERITA
Membangun cerita berarti membuat urutan adegan dan kurang lebih sama dengan
membuat garis besar jalan cerita untuk plot/alur cerita yang akan Anda buat.
Anda mungkin telah mempunyai 15-50 adegan, atau bahkan lebih lagi, saat Anda
telah memutuskan untuk menentukan garis cerita dan membuat garis besar jalan
ceritanya. Tulis kembali daftar nama adegan yang telah Anda buat sampai Anda
merasa sudah cocok. Masukkan juga nama adegan yang belum Anda tulis namun
penting sebagai penghubung antaradegan yang telah ada.
Mulailah memikirkan juga bagaimana mengelompokkan daftar nama adegan ke
dalam bab-bab. Memikirkan hal ini juga bisa membantu Anda dalam membangun garis
cerita. Di tahap inilah Anda perlahan membangun garis besar cerita Anda. Saat
Anda melakukan hal ini, carilah unsur-unsur kunci dalam cerita yang dapat
memberi kesan dramatis. Berikut hanyalah contoh klasik dan tentu saja hanyalah
sebuah pilihan. Anda tentu mempunyai cara Anda sendiri. Jangan lupa, jika
sebuah daftar bahan hanya akan membatasi kemungkinan yang akan Anda dapat
nanti, sementara cerita yang hebat dan inovatif seringkali muncul bersama
dengan ide-ide baru. Inilah beberapa cara yang biasa dilakukan orang. Pisahkan
karakter-karakter Anda dan beri mereka peran cerita. Tentukan mana tokoh utama
dan sang protagonis. Seringkali, meski tidak selalu, mereka adalah orang yang
sama. Misalnya, sebuah cerita adalah cerita berdasarkan cara pandang seorang
tokoh, maka dia adalah si tokoh utama. Namun sang protagonis bisa jadi adalah
orang lain, atau tokoh di sekitar si tokoh utama yang lebih banyak berperan
dalam cerita sehubungan dengan tujuan dan pengembangan tema cerita. Saat Anda
menentukan urutan dan mengatur kembali adegan dalam tahap adegan, berikan sela
yakni beberapa lembar atau baris kosong antaradegan untuk adegan-adegan
penghubung yang masih perlu ditambahkan. Ketika semua itu telah selesai, Anda
kini dapat menuliskan draft pertama dari adegan-adegan tersebut.
STRUKTUR
CERITA
Karakterisasi
Adegan
Ketika Anda telah mempunyai urutan adegan, lebih lanjut Anda dapat
menentukan struktur cerita. Untuk ini, daftar adegan yang telah Anda buat dapat
membantu menentukan karakterisasi adegan lebih lanjut:
Intensitas
dan Mood.
Mulailah memberi rating nilai atas suasana untuk setiap adegan. Anda dapat
menilainya berdasar hal-hal/kejadian yang terjadi pada setiap adegan, atau
berdasarkan menarik tidaknya suatu adegan bagi pembacanya. Beri penilaian
antara 1 untuk yang terendah sampai 5 untuk yang tertinggi di daftar adegan
Anda untuk menyeimbangkan dramatisasi cerita Anda dan menentukan di mana harus
mempertajam alur untuk membuat pembaca tetap tertarik.
Anda dapat juga menentukan mood per adegan, 5 macam mood yang dapat Anda
pakai, antara lain: romantis, komikal, santai, tegang, dan mengancam.
Namun sekali lagi, Anda dapat memberi tambahan lain di luar itu. Ingatlah
bahwa mood dan suasana kadang akan berjalan beriringan, walau tidak selalu.
Adegan romantis dan komikal bisa jadi berlangsung keras sementara adegan
kebencian bisa jadi berjalan dengan lembut. Adegan seperti itu bisa jadi sulit,
mengekspresikan sesuatu tanpa benar-benar menimbulkan suasana seperti itu.
Mengkualifikasikan adegan-adegan tersebut dengan mood dan suasana dapat
membantu memberi inspirasi alur yang lebih dramatis dalam adegan yang telah
ada.
Karakterisasi
Cerita
Pada bagian ini Anda akan dapat menentukan beberapa hal yang merupakan
unsur-unsur umum dalam cerita:
1. Tema
Cerita seringkali ditentukan oleh tema. Pertentangan antara kebaikan dan
kejahatan, pertumbuhan, kedewasaan, cinta, kebebasan, kematian dan lainnya. Di
sini Anda diharap menentukan tema umum cerita Anda. Tiap saat Anda merujuk ke
bagian Struktur Cerita setelah Anda melengkapi draft akhir adegan Anda
nantinya, bagian ini akan mengingatkan Anda untuk memikirkan tentang
unsur-unsur baru yang mungkin cocok dengan tema baru yang mungkin akan datang.
2. Tujuan
Sekarang protagonis Anda harus ditentukan tujuannya. Gambarkan di sini dan
secara singkat pula jelaskan apakah karakter tersebut dapat mencapai tujuannya
atau tidak. Tujuan adalah unsur yang bagus dalam menentukan hubungan
antarkarakter. Ingatlah, bagaimanapun juga sebuah cerita bukanlah tentang mengejar
sebuah tujuan yang spesifik.
3.
Penyelesaian
Kadangakala kekuatan dari sebuah cerita adalah penyelesaian yang menarik.
Jika cerita Anda berakhir dengan "kejutan". Tahap ini akan membantu
Anda dalam memasukkannya ke dalam cerita. Catatan: Banyak cerita memberi sang
protagonis sebuah tujuan, tapi ada juga yang tidak. Beberapa cerita berakhir
dengan penyelesaian yang tidak pernah disangka-sangka sebelumnya. Kadang ada
yang memakai keduanya.
PENGEMBANGAN
KARAKTER
Dalam rangka membangun potensi yang maksimum, kini Anda perlu menuliskan
hal-hal berikut ini:
1. Biografi
Karakter
Menjelaskan secara singkat latar belakang, kepribadian, hubungan si tokoh
dengan beberapa tokoh/karakter kunci lain yang berperan di dalamnya. Tuliskan
sebanyak-banyaknya, namun jangan lupa memberi nomor untuk tiap-tiap halaman
demi memudahkan Anda menengoknya lagi nanti. Menuliskan ini akan membantu Anda
menemukan apa yang dimiliki oleh tiap-tiap karakter dalam satu tempat.
Pergunakan bagian ini untuk mengembangkan beberapa aspek lain dari mereka.
Juga, berikan keterangan spesifik mengenai tempat/lokasi di mana para karakter
itu berada di dalam cerita baik karakter utama, protagonis, protagonis
pendukung, antagonis, antagonis pendukung, komikal (karakter yang membawa
suasana komikal setelah adegan yang menegangkan) dan yang lainnya. Beberapa
karakter dapat berada di dua tempat. Mereka bisa karakter yang mana saja.
Setelah itu, jelaskan secara singkat peran tiap karakter dalam cerita.
Bagaimana mereka bisa mendukung sang protagonis atau antagonis? Bagaimana sang
protagonis berhasil (atau gagal) mencapai tujuannya (jika ada). Jelaskan
kepribadian si tokoh komikal (comic character) dan beri mereka peran yang
sesuai. Berikan kata-kata singkat bagaimana tokoh/karakter tersebut berkembang
atau menurun, apa yang ia pelajari atau lupakan, apa yang ia dapat atau
lepaskan.
2. Atribut
Karakter
Ketika Anda telah menulis cukup banyak adegan, Anda, paling tidak telah
mempunyai gambaran tentang karakter yang tepat. Gunakan bagian ini untuk menjelaskan
lebih jauh tentang mereka dan ide-ide bagaimana mereka dapat berkembang ke arah
lebih lanjut. Atribut/ perlengkapan di sini bisa jadi adalah secara fisik,
emosi, intelektual, dan sosial. Atribut secara psikologis tidak dituliskan
karena hal tersebut akan dapat ditemukan di bagian emosi. Selanjutnya, tuliskan
juga mengenai kemampuan atau pengetahuan yang akan didapat atau dikembangkan si
tokoh dalam cerita. Tulis juga mengenai apa yang disukai atau yang tidak
disukai oleh si tokoh. Ini adalah aspek penting dalam pengembangan karakter
supaya pembaca dapat mengenali karakter tersebut sebagai manusia dengan segala
kebutuhan, kelemahan, dan lainnya.
Tiap hal mempunyai beberapa atribut yang dapat Anda pilih atau hilangkan.
Anda dapat menambahkan yang lain lagi, namun saya tidak menganjurkan daftar
atribut yang terlalu panjang. Anda dapat membaginya per adegan atau per
karakter. Tak perlu terlalu lama berkutat di bagian ini sehingga malah membuat
Anda terbebani. Pilih beberapa atribut saja yang paling tepat sehingga nantinya
akan dapat memberi inspirasi baru supaya karakter yang Anda bangun akan menjadi
lebih berharga.
Daftar atribut yang pertama sebaiknya singkat saja, daftar itu akan
dimasukkan di bagian karakter. Kemudian di dalam setiap adegan, Anda tinggal
menambah atau mengurangi atribut yang telah ada berdasar pengembangan karakter
di tiap adegan, tandailah kemajuan atau kemunduran yang dialami si tokoh di
tiap adegan. Berikan juga perhatian pada perlengkapan atau apa yang dikenakan
si karakter. Dalam beberapa adegan, mungkin saja dia memakai pakaian yang
berbeda atau menemukan sesuatu yang menarik.
3. Deskripsi
Tempat
Buatlah suatu "objek" yang paling penting bagi karakter Anda.
Yang saya maksud adalah sesuatu yang bersifat fisik: barang, perabotan, bau,
mood, lingkungan, cahaya, suara, dan sebagainya. Segala sesuatu yang dapat Anda
hubungkan secara emosional pada satu atau lebih karakter. Hal tersebut dapat
memberikan sumbangan besar untuk menguatkan identitas suatu karakter di dalam
cerita.
Dalam sebuah cerita, Anda dapat memberikan deskripsi suatu tempat yang
berbeda-beda pada banyak adegan. Usahakan jangan membuat satu adegan yang penuh
dengan deskripsi tempat, namun lebih baik Anda lakukan seturut dengan alur
cerita. Hal itu supaya saat tiba waktunya Anda menulis ulang adegan-adegan,
Anda akan dapat menentukan aspek mana dari tiap penggambaran itu yang cocok
dengan adegan-adegannya.
4. Hubungan
antara Tempat dan Karakter
Untuk memperkuat identitas sebuah karakter, hubungan emosional antara sang
tokoh dengan tempat-tempat dalam cerita sangatlah penting, dalam hal ini adalah
demi menguatkan imajinasi pembaca yang muncul atas penggambaran setiap tempat
dalam cerita. Beberapa hubungan tercipta melalui sinergi untuk memperkuat kesan
cerita Anda terhadap para pembaca. Ikatan-ikatan yang dapat dikembangkan itu
antara lain, ingatan dan benda-benda.
Ingatan
dapat dikembangkan saat si tokoh kembali setelah lama menghilang. Hal-hal itu
juga dapat digunakan dalam memperkuat dampak akibat perginya si tokoh, baik
karena menghilang maupun meninggal dunia, atau sebab-sebab lain seperti
pernikahan dan lainnya. Keberadaan atau kemunculan kembali sebuah ingatan juga
dapat digunakan sebagai salah satu alat yang mendasari berkembangnya sebuah
hubungan antarkarakter/tokoh dalam cerita.
Ingatan/memori
bisa berfokus pada sebuah benda/objek. Tentukanlah benda/objek apa dan
bagaimana benda/objek itu dapat menjadi sesuatu yang diingat oleh karakter yang
ditentukan, juga bagaimana ingatan objek bisa meliputi bukan hanya benda secara
fisik namun juga sifat sebuah tempat seperti bau, cahaya, suhu, dan sebagainya
atau bahkan kombinasi dari semuanya.
KESIMPULAN
Anda kini telah mempunyai semua unsur untuk membangun sebuah cerita yang
lengkap dan hebat seperti halnya seorang tukang kayu yang akan membangun sebuah
rumah. Gabungkan bahan-bahan mentah yang diperlukan untuk menulis sebuah
adegan. Selanjutnya taruh dasarnya dengan menggunakan apa yang Anda tulis di
bagian Struktur Cerita. Kembangkan karakter dan setting sejalan dengan isi.
Gabungkan semuanya dengan menulis ulang tiap adegan guna menyesuaikan semuanya
dengan garis cerita, masukkan juga semua unsur yang ada di tahap pengembangan.
Menulis cerita adalah proyek yang mendebarkan. Rencanakan hal itu sesuai ambisi
Anda, hormatilah jadwal yang Anda buat. Itulah guna panduan ini! Ini akan
membantu Anda untuk tetap bersemangat dan pantang menyerah dalam melaksanakan
proyek tersebut.
Meski semuanya bisa tidak berjalan sebagaimana
direncanakan, perencanaan tetaplah cara terbaik untuk memastikan semua berjalan
baik. Bekerjalah dengan dasar yang tetap, kadang bisa beberapa menit kadang
bisa berjam-jam. Mengerjakan proyek ini sekitar 5 menit per hari akan membawa
Anda lebih jauh dan bahkan lebih cepat dari yang Anda bayangkan. Yang penting,
buat ini sebagai pengalaman yang menyenangkan dalam setiap langkahnya.
Tips Agar Tulisan Dimuat Media Massa
Tips Agar Tulisan Dimuat Media Massa
Taruhlah kemampuan
menulis sudah lumayan, tidak masalah lagi. Justru yang sering jadi kendala itu
ketika hendak mempublikasikannya. Setelah dikirim ke media massa,
ditunggu-tunggu sekian waktu, tak juga kunjung dimuat. Kasus seperti ini cukup
banyak dialami orang, terutama oleh calon penulis. Akibatnya, niat yang semula
begitu menggebu-gebu untuk jadi penulis berangsur redup.
Untuk menghindari hal demikian,
berikut ini ada beberapa tips agar tulisan kita dimuat di media massa
·
Pertama
Pelajari media cetak bersangkutan. Sebab,
masing-masing koran, tabloid, majalah, itu berbeda-beda segmentasi atau sasaran
pembacanya. Dari awal pihak pengelola pasti punya ‘standar’ tertentu. Boleh
jadi tulisan Anda sudah bagus, tapi karena tidak sesuai dengan visi dan misi media
terkait, akhirnya ditolak. Contoh, Anda menulis cerita remaja pro-pacaran
dengan aneka pergaulan bebasnya, tentu tidak cocok bila dikirim ke Serambi
Ummah, Annida, Muslimah, atau Sabili. Begitu pula, jika Anda menulis
cerpen yang sarat nuansa islami, tapi dikirim ke media massa yang dikelola oleh
orang-orang komunitas Utan Kayu, kemungkinan besar akan terganjal karena
berbeda paham atau aliran. Kurnia Effendi pernah dimintai tulisan oleh redaktur
majalah Matra untuk menyambut momen tertentu. Begitu naskah dikirim,
ternyata dinilai terlalu feminim, bertentangan dengan citra maskulin yang
menjadi ciri khas media bersangkutan. Begitu pula cerpen keduanya, masih
dianggap kurang pas. Baru pada kali ketiga karya Kurnia diterima.
Bayangkan, itu redaktur sendiri lho yang minta, namun
tetap saja tidak bisa langsung disetujui. Ini bukan berarti tulisan Kurnia
Effendi yang terdahulu jelek — buktinya cerpen pertama dimuat di majalah Femina
dan yang kedua diterbitkan Kompas — tapi ada kriteria tertentu yang
harus dipenuhi.
Termasuk masalah rubrik, kalau di media massa tersebut
tidak ada ruang untuk puisi misalnya, jangan ngotot mengirimkan puisi. Mubazir,
tidak bakalan dimuat. Sebab, bukan redaktur yang harus menyesuaikan dengan
penulis, tapi penulislah yang mesti jeli ‘membaca’ mau redaktur.
·
Kedua
Khusus bagi penulis pemula sebagai langkah awal
sebaiknya mengirim tulisan ke koran lokal dulu, sebab seleksinya cenderung
lebih longgar, sehingga kemungkinan untuk dimuat pun lebih besar. Anggaplah
Anda masih tahap belajar, sekaligus dalam upaya menumbuhkan kepercayaan diri.
Nanti kalau telah terbiasa dan piawai menulis, baru membidik media nasional.
Jangan sampai baru satu-dua kali menulis sastra sudah
buru-buru mau menaklukkan Horison misalnya, dikhawatirkan lantaran
persaingan yang ketat, tunas layu sebelum berkembang. Sebenarnya bukan tidak
berpotensi untuk jadi penulis, tapi cuma karena keliru menerapkan strategi.
Ingat, pertumbuhan manusia sendiri melalui fase-fase tertentu: dari berbaring,
duduk, merangkak, berdiri, dan seterusnya, tidak bisa langsung melenggang.
Begitu pula dalam urusan mempublikasikan tulisan.
·
Ketiga
Setelah Anda mengirim sebuah tulisan ke media massa,
segera tulis topik yang lain. Jangan tunggu dimuat dulu, baru menulis lagi.
Sebab, urusan kapan tulisan tersebut dimuat itu sudah di luar wewenang penulis,
toh Anda tidak mungkin mengendalikan hati dan pikiran redaktur. Jadi,
lakukanlah apa yang bisa dilakukan, yakni teruslah menulis. Bukankah dalam
hukum probalitas, semakin banyak tulisan yang kita kirim, semakin besar pula
kemungkinan untuk dimuat?
·
Keempat
Kalau bisa mempublikasikan tulisan jangan terpaku
hanya pada satu media. Kalau cerpen atau artikel Anda minggu ini dimuat di
koran A, kecil kemungkinan edisi depan diisi karya Anda lagi. Sebab, selain
mempertimbangkan mutu, redaktur juga ingin memberi kesempatan pada penulis
lain. Tidak mau medianya hanya didominasi orang-orang tertentu. Kecuali, bila
Anda diminta jadi pengasuh rubrik tetap. Untuk sampai pada tahap tersebut,
tentu saja Anda harus punya brand yang ‘menjual’ dan kesempatan tersebut
agak langka.
·
Kelima
Seorang penulis harus melek teknologi. Jangan sampai
orang lain mengirim tulisan lewat email, Anda masih menggunakan mesin tik atau
tulis tangan. Kalau di waktu bersamaan ada dua tulisan dengan kualitas yang
sama, tentu redaktur akan mengambil yang lebih praktis. Daripada mengetik ulang
tulisan Anda mending mengambil file yang sudah siap saji.
·
Keenam
Kenal dan bersahabat dengan redaktur boleh jadi
merupakan nilai plus tersendiri untuk memuluskan peluang tulisan Anda dimuat.
Tapi, tetap saja itu bukan suatu jaminan. Karena di sisi lain redaktur pun
harus bertindak profesional. Kalau ada tulisan lain yang masuk duluan
berbulan-bulan, sementara tulisan Anda baru kemarin diterima, lantas Anda minta
diprioritaskan karena merasa punya hubungan dekat, juga tidak adil.
Objektivitas tetap perlu dikedepankan.
·
Ketujuh
Hindari mengirimkan tulisan kembar apalagi plagiat.
Jika itu Anda lakukan dan ketahuan, sama artinya mencederai kepercayaan
redaktur yang selama ini terbina.
Tulisan kembar maksudnya karya yang sudah dimuat di
media A, kemudian dikirim lagi ke koran B, entah isinya sama persis maupun
judulnya doang yang dirubah, tetap saja tidak fair. Hal itu akan
menimbulkan asumsi negatif di benak redaktur. Pertama, si penulis dianggap
sudah kehabisan ide dan kreativitas, sehingga hanya mampu menembakkan
‘selongsong’ bukan ‘peluru’ baru. Kedua, ini agak ekstrem, Anda dinilai mata
duitan karena ingin menangguk honor secara double.
Sedangkan karya plagiat ialah menyontek total atau
sebagian karya orang lain. Akibatnya bisa fatal, nama Anda di-black list
atau pemilik karya aslinya menuntut ke meja hijau karena hak intelektualnya
dilanggar. Jadi, bagi yang pernah melakukan segera hentikanlah kebiasaan buruk
ini.
·
Delapan
Simpanlah arsip tulisan Anda.
Dengan demikian, kalau tulisan Anda ditolak, Anda masih bisa mengirim ke koran,
tabloid, atau majalah lain. Terserah mau direvisi atau dibiarkan utuh seperti
semula. Sebab, siapa tahu di media yang berbeda karya Anda diterima.
Kalaupun tulisan tersebut tetap
dianggap tidak layak muat, jangan keburu putus asa. Jika sewaktu-waktu
kebetulan punya modal, silakan Anda terbitkan sendiri. Tidak mustahil tulisan
Anda yang tadinya disepelekan orang, ketika dibukukan justru best seller.
Bagaimanapun yang paling menentukan apakah tulisan itu diminati atau tidak,
pada akhirnya ada di tangan masyarakat pembaca.
Semoga beberapa tips di atas
bisa bermanfaat. Selamat mencoba!
Membuat Kerangka Karangan
Membuat Kerangka Karangan
Ada 2 macam karangan yaitu karangan yang
bersifat fiksi dan karangan yang bersifat nonfiksi. Fiksi lebih kearah khayalan
sedangkan nonfiksi lebih ke arah kejadian nyata (benar-benar terjadi).
Penulisan karya tulis merupakan salah satu contoh karangan nonfiksi karena
kejadiannya yang benar-benar dialami, atau dikerjakan. Sedangkan karangan fiksi
contoh nyatanya adalah cerita pendek yang terkadang berupa cerita yang tidak
mungkin terjadi.
Pada dasarnya, untuk menyusun karangan dibutuhkan
langkah-langkah awal untuk membentuk kebiasaan teratur dan sistematis yang
memudahkan kita dalam mengembangkan karangan.
Langkah-Langkah Menyusun Karangan.
1. Menentukan tema dan judul
Sebelum
anda mau melangkah, pertama kali dipikirkan adalah mau kemana kita berjalan?
lalu bila menulis, apa yang akan kita tulis? Tema adalah pokok persoalan,
permasalahan, atau pokok pembicaraan yang mendasari suatu karangan. Sedangkan
yang dimaksud dengan judul adalah kepala karangan. Kalau tema cakupannya lebih
besar dan menyangkut pada persoalan yang diangkat sedangkan judul lebih pada
penjelasan awal (penunjuk singkat) isi karangan yang akan ditulis.
Tema
sangat terpengaruh terhadap wawasan penulis. Semakin banyak penulis membiasakan
membaca buku, semakin banyak aktifitas menulis akan memperlancar penulis
memperoleh tema.
Namun,
bagi pemula perlu memperhatikan beberapa hal penting agar tema yang diangkat
mudah dikembangkan. diantaranya :
a.
Jangan mengambil tema yang bahasannya terlalu luas.
b.
Pilih tema yang kita sukai dan kita yakini dapat kita kembangkan.
c.
Pilih tema yang sumber atau bahan-bahannya dapat dengan mudah kita peroleh.
Terkadang
memang dalam menentukan tema tidak selamanya selalu sesuai dengan syarat-syarat
diatas. Contohnya saat lomba mengarang, tema sudah disediakan sebelumnya dan
kita hanya bisa memakainya.Ketika tema sudah didapatkan, perlu diuraikan atau
membahas tema menjadi suatu bentuk karangan yang terarah dan sistematis. Salah
satu caranya dengan menentukan judul karangan. Judul yang baik adalah judul
yang dapat menyiratkan isi keseluruhan karangan kita.
2. Mengumpulkan bahan
Setelah
punya tujuan, dan mau melangkah, lalu apa bekal anda? Sebelum melanjutkan
menulis, perlu ada bahan yang menjadi bekal dalam menunjukkan eksistensi
tulisan. Bagaimana ide, dan inovasi dapat diperhatikan kalau tidak ada hal yang
menjadi bahan ide tersebut muncul. Buat apa ide muluk-muluk kalau tidak
diperlukan. Perlu ada dasar bekal dalam melanjutkan penulisan.
Untuk
membiasakan, kumpulkanlah kliping-kliping masalah tertentu (biasanya yang
menarik penulis) dalam berbagai bidang dengan rapi. Hal ini perlu dibiasakan
calon penulis agar ketika dibutuhkan dalam tulisan, penulis dapat membuka
kembali kliping yang tersimpan sesuai bidangnya. Banyak cara mengumpulkannya, masing-masing
penulis mempunyai cara sesuai juga dengan tujuan tulisannya.
3. Menyeleksi bahan
Setelah
ada bekal, dan mulai berjalan, tapi bekal mana yang akan dibawa? agar tidak
terlalu bias dan abstrak, perlu dipilih bahan-bahan yang sesuai dengan tema pembahasan.
Polanya melalui klarifikasi tingkat urgensi bahan yang telah dikumpulkan dengan
teliti dan sistematis. berikut ini petunjuk-petunjuknya:
a.
Catat hal penting semampunya.
b.
Jadikan membaca sebagai kebutuhan.
c.
.Banyak diskusi, dan mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah.
4. Membuat kerangka
Bekal
ada, terpilih lagi, terus melangkah yang mana dulu? Perlu kita susun selangkah
demi selangkah agar tujuan awal kita dalam menulis tidak hilang atau melebar
ditengah jalan. Kerangka karangan menguraikan tiap topik atau masalah menjadi
beberapa bahasan yang lebih fokus dan terukur.
Kerangka
karangan belum tentu sama dengan daftar isi, atau uraian per bab. Kerangka ini
merupakan catatan kecil yang sewaktu-waktu dapat berubah dengan tujuan untuk
mencapai tahap yang sempurna.
Berikut fungsi kerangka karangan :
a .Memudahkan
pengelolaan susunan karangan agar teratur dan sistematis
b. Memudahkan penulis dalam menguraikan setiap
permasalahan.
c. Membantu menyeleksi materi yang penting maupun yang
tidak penting
Tahapan dalam menyusun kerangka karangan :
a. Mencatat gagasan. Alat yang mudah digunakan adalah
pohon pikiran (diagram yang menjelaskan gagasan2 yang timbul)
b. Mengatur urutan gagasan.
c. Memeriksa kembali yang telah diatur dalam bab dan
subbab
d .Membuat kerangka yang terperinci dan lengkap
Merangka
karangan yang baik adalah kerangka yang urut dan logis. Bila terdapat ide yang
bersilangan, akan mempersulit proses pengembangan karangan. (karangan tidak
mengalir)
5. Mengembangkan kerangka karangan
Proses
pengembangan karangan tergantung sepenuhnya pada penguasaan kita terhadap
materi yang hendak kita tulis. Jika benar-benar memahami materi dengan baik,
permasalahan dapat diangkat dengan kreatif, mengalir dan nyata. Terbukti pula
kekuatan bahan materi yang kita kumpulkan dalam menyediakan wawasan untuk
mengembangkan karangan.
Pengembangan
karangan juga jangan sampai menumpuk dengan pokok permasalahan yang lain. Untuk
itu pengembangannya harus sistematis, dan terarah. Alur pengembangan juga harus
disusun secara teliti dan cermat. Semakin sistematis, logis dan relevan pada
tema yang ditentukan, semakin berbobot pula tulisan yang dihasilkan.
Langganan:
Postingan (Atom)