Tips Agar Tulisan Dimuat Media Massa
Taruhlah kemampuan
menulis sudah lumayan, tidak masalah lagi. Justru yang sering jadi kendala itu
ketika hendak mempublikasikannya. Setelah dikirim ke media massa,
ditunggu-tunggu sekian waktu, tak juga kunjung dimuat. Kasus seperti ini cukup
banyak dialami orang, terutama oleh calon penulis. Akibatnya, niat yang semula
begitu menggebu-gebu untuk jadi penulis berangsur redup.
Untuk menghindari hal demikian,
berikut ini ada beberapa tips agar tulisan kita dimuat di media massa
·
Pertama
Pelajari media cetak bersangkutan. Sebab,
masing-masing koran, tabloid, majalah, itu berbeda-beda segmentasi atau sasaran
pembacanya. Dari awal pihak pengelola pasti punya ‘standar’ tertentu. Boleh
jadi tulisan Anda sudah bagus, tapi karena tidak sesuai dengan visi dan misi media
terkait, akhirnya ditolak. Contoh, Anda menulis cerita remaja pro-pacaran
dengan aneka pergaulan bebasnya, tentu tidak cocok bila dikirim ke Serambi
Ummah, Annida, Muslimah, atau Sabili. Begitu pula, jika Anda menulis
cerpen yang sarat nuansa islami, tapi dikirim ke media massa yang dikelola oleh
orang-orang komunitas Utan Kayu, kemungkinan besar akan terganjal karena
berbeda paham atau aliran. Kurnia Effendi pernah dimintai tulisan oleh redaktur
majalah Matra untuk menyambut momen tertentu. Begitu naskah dikirim,
ternyata dinilai terlalu feminim, bertentangan dengan citra maskulin yang
menjadi ciri khas media bersangkutan. Begitu pula cerpen keduanya, masih
dianggap kurang pas. Baru pada kali ketiga karya Kurnia diterima.
Bayangkan, itu redaktur sendiri lho yang minta, namun
tetap saja tidak bisa langsung disetujui. Ini bukan berarti tulisan Kurnia
Effendi yang terdahulu jelek — buktinya cerpen pertama dimuat di majalah Femina
dan yang kedua diterbitkan Kompas — tapi ada kriteria tertentu yang
harus dipenuhi.
Termasuk masalah rubrik, kalau di media massa tersebut
tidak ada ruang untuk puisi misalnya, jangan ngotot mengirimkan puisi. Mubazir,
tidak bakalan dimuat. Sebab, bukan redaktur yang harus menyesuaikan dengan
penulis, tapi penulislah yang mesti jeli ‘membaca’ mau redaktur.
·
Kedua
Khusus bagi penulis pemula sebagai langkah awal
sebaiknya mengirim tulisan ke koran lokal dulu, sebab seleksinya cenderung
lebih longgar, sehingga kemungkinan untuk dimuat pun lebih besar. Anggaplah
Anda masih tahap belajar, sekaligus dalam upaya menumbuhkan kepercayaan diri.
Nanti kalau telah terbiasa dan piawai menulis, baru membidik media nasional.
Jangan sampai baru satu-dua kali menulis sastra sudah
buru-buru mau menaklukkan Horison misalnya, dikhawatirkan lantaran
persaingan yang ketat, tunas layu sebelum berkembang. Sebenarnya bukan tidak
berpotensi untuk jadi penulis, tapi cuma karena keliru menerapkan strategi.
Ingat, pertumbuhan manusia sendiri melalui fase-fase tertentu: dari berbaring,
duduk, merangkak, berdiri, dan seterusnya, tidak bisa langsung melenggang.
Begitu pula dalam urusan mempublikasikan tulisan.
·
Ketiga
Setelah Anda mengirim sebuah tulisan ke media massa,
segera tulis topik yang lain. Jangan tunggu dimuat dulu, baru menulis lagi.
Sebab, urusan kapan tulisan tersebut dimuat itu sudah di luar wewenang penulis,
toh Anda tidak mungkin mengendalikan hati dan pikiran redaktur. Jadi,
lakukanlah apa yang bisa dilakukan, yakni teruslah menulis. Bukankah dalam
hukum probalitas, semakin banyak tulisan yang kita kirim, semakin besar pula
kemungkinan untuk dimuat?
·
Keempat
Kalau bisa mempublikasikan tulisan jangan terpaku
hanya pada satu media. Kalau cerpen atau artikel Anda minggu ini dimuat di
koran A, kecil kemungkinan edisi depan diisi karya Anda lagi. Sebab, selain
mempertimbangkan mutu, redaktur juga ingin memberi kesempatan pada penulis
lain. Tidak mau medianya hanya didominasi orang-orang tertentu. Kecuali, bila
Anda diminta jadi pengasuh rubrik tetap. Untuk sampai pada tahap tersebut,
tentu saja Anda harus punya brand yang ‘menjual’ dan kesempatan tersebut
agak langka.
·
Kelima
Seorang penulis harus melek teknologi. Jangan sampai
orang lain mengirim tulisan lewat email, Anda masih menggunakan mesin tik atau
tulis tangan. Kalau di waktu bersamaan ada dua tulisan dengan kualitas yang
sama, tentu redaktur akan mengambil yang lebih praktis. Daripada mengetik ulang
tulisan Anda mending mengambil file yang sudah siap saji.
·
Keenam
Kenal dan bersahabat dengan redaktur boleh jadi
merupakan nilai plus tersendiri untuk memuluskan peluang tulisan Anda dimuat.
Tapi, tetap saja itu bukan suatu jaminan. Karena di sisi lain redaktur pun
harus bertindak profesional. Kalau ada tulisan lain yang masuk duluan
berbulan-bulan, sementara tulisan Anda baru kemarin diterima, lantas Anda minta
diprioritaskan karena merasa punya hubungan dekat, juga tidak adil.
Objektivitas tetap perlu dikedepankan.
·
Ketujuh
Hindari mengirimkan tulisan kembar apalagi plagiat.
Jika itu Anda lakukan dan ketahuan, sama artinya mencederai kepercayaan
redaktur yang selama ini terbina.
Tulisan kembar maksudnya karya yang sudah dimuat di
media A, kemudian dikirim lagi ke koran B, entah isinya sama persis maupun
judulnya doang yang dirubah, tetap saja tidak fair. Hal itu akan
menimbulkan asumsi negatif di benak redaktur. Pertama, si penulis dianggap
sudah kehabisan ide dan kreativitas, sehingga hanya mampu menembakkan
‘selongsong’ bukan ‘peluru’ baru. Kedua, ini agak ekstrem, Anda dinilai mata
duitan karena ingin menangguk honor secara double.
Sedangkan karya plagiat ialah menyontek total atau
sebagian karya orang lain. Akibatnya bisa fatal, nama Anda di-black list
atau pemilik karya aslinya menuntut ke meja hijau karena hak intelektualnya
dilanggar. Jadi, bagi yang pernah melakukan segera hentikanlah kebiasaan buruk
ini.
·
Delapan
Simpanlah arsip tulisan Anda.
Dengan demikian, kalau tulisan Anda ditolak, Anda masih bisa mengirim ke koran,
tabloid, atau majalah lain. Terserah mau direvisi atau dibiarkan utuh seperti
semula. Sebab, siapa tahu di media yang berbeda karya Anda diterima.
Kalaupun tulisan tersebut tetap
dianggap tidak layak muat, jangan keburu putus asa. Jika sewaktu-waktu
kebetulan punya modal, silakan Anda terbitkan sendiri. Tidak mustahil tulisan
Anda yang tadinya disepelekan orang, ketika dibukukan justru best seller.
Bagaimanapun yang paling menentukan apakah tulisan itu diminati atau tidak,
pada akhirnya ada di tangan masyarakat pembaca.
Semoga beberapa tips di atas
bisa bermanfaat. Selamat mencoba!
terimakasih
BalasHapusini bagus sekali
cuman dari semua yang saya baca tadi rasa terasa sempurna jika
cara mengetahui redaktor media atau cara untuk mengetahui kreteria media cetak disampaikan.walau itu dengan kalimat yang singkat dan padat