Mengapa Menulis Itu Sulit ?
Menulis itu sulit kalau kita tidak pernah memulainya.
Menulis itu sulit bagi mereka yang tidak pernah membaca. Membaca buku, membaca
ciptaan Tuhan pemilik bumi dengan hatinya, dan membaca lingkungan
sekelilingnya. Baca, baca dan baca itu kuncinya. Lalu banyaklah berlatih
menulis. Dengan banyak menulis anda akan jadi terbiasa menulis.
Menulis apa saja yang anda ingin tulis. Menulis
tentang diri, menulis tentang sahabat setia anda, menulis tentang keluarga,
menulis tentang alam sekitar dan menulis tentang kejadian-kejadian yang kita
alami. Boleh juga menulis tentang keinginan-keinginan yang belum tercapai.
Pokoknya, menulis sajalah dulu. Dengan topik apa saja dan jangan takut salah.
Salah benar itu relatif, tergantung dari sudut mana kita menilai. Pembaca
biasanya akan melihat tulisan anda itu baik, kalau ada sesuatu yang menyentuh
hatinya. Karena itu, selalu menulis dengan hati dengan cara banyak mendengar
dan menjadi pendengar yang baik. Berbuat kebaikan jadikan panduan dalam menulis.
Menulis dengan hati harus hati-hati. Sebab bila tidak
hati-hati percuma saja, tulisan anda tidak akan mengena dihati. Seperti busur
panah yang tepat sasaran, anda harus dapat membidiknya dengan baik. Hal itu
anda dapatkan dengan banyak berlatih.
Berlatih menulis dimana saja dan kapan saja pada saat
hati anda senang atau pada saat anda memang ingin menulis. Menulis sesuatu yang
membuat anda termotivasi untuk menuliskannya. Sehingga orang lain tertarik
untuk membacanya. Menulis ibarat sebuah pisau, bila sering diasah, maka akan
semakin tajam.
Menulis itu sulit buat orang yang malas. Malas untuk
menuangkan ide yang ada dalam pikirannya. Malas untuk mengolah kata menjadi
bermakna. Malas untuk berbagi dan memberi kepada orang lain. Hidupnya hanya
untuk dirinya sendiri. Kemalasan telah mengikat dirinya dengan tali yang sangat
kuat.
Orang malas tak pandai melawan dirinya. Dia akan
kalah dengan dirinya sendiri. Seribu alasan akan dicari. Seribu hambatan akan
dibuat. Padahal hambatan terbesar berasal dari dalam dirinya sendiri. Sering
menunda adalah makanan favoritnya, dan merasa diri tidak mampu menulis adalah
iklan kelemahannya yang selalu terpampang besar di bola matanya. Wajar saja
bila akhirnya menulis itu sulit.
0 komentar:
Posting Komentar