Menulis Dengan Hati
Sebuah tulisan mempunyai pengaruh yang sangat besar, karena ia adalah
kepanjangan dari lisan kita. Imam Al-ghazali (seorang birokrat yang kemudian
menjadi seorang sufi ) pernah berdialog dengan muridnya tentang enam hal. Satu diantaranya
Beliau bertanya apa yang paling tajam dimiliki manusia, maka jawabannya adalah
lisan. Pepatah mengatakan ” andaikan pedang melukai tubuh adakan harapan
sembuh, tapi bila lidah melukai hati kemanakan obat dicari”,maaf kalau salah
pribahasanya.
Oleh karenanya ketika kita akan menulis (pendapat pribadi), bukan hanya
mengedepankan data ilmiyah yang katanya harus memiliki rasionalitas yang
tinggi, akurat, dapat dipertanggungjawabkan, tapi harus disertai dengan bahasa
hati( apakah tulisan ini bermanfaat, tidak menyakiti orang lain, ataukah justru
kalau tulisan ini dipublikasikan akan membawa keburukan).
Kenapa bahasa hati, hati adalah tempat kejujuran, hati adalah tempat
kebenaran, disitu tidak ada kebohongan (Ali bin Abi Thalib r.a pernah
mengatakan kalau engkau ingin saksi yang adil, tidak berbohong, jujur maka
jadikanlah hatimu sebagai saksi.
Tulisan yang ditulis dengan hati, siapapun yang menulis akan ada kejujuran
didalamnya, lihat siapa penulis “seratus tokoh yang berpengaruh didunia”,
Michael Hart, dia bukan seorang muslim tapi menempatkan Muhammad SAW sebagai
orang nomor satu yang berpengaruh didunia, kenapa ini bisa terjadi, karena ia
menulis dengan hati.
Perlu kita pahami sekali lagi tulisan kita adalah kepanjangan lisan kita,
dan lisan kita adalah kepanjangan dari hati kita. Tulisan yang dilandasi oleh
hati walaupun mengkritik, maka kritiknya bukan menjatuhkan tapi justru
membangun. Karena didalamnya bukan hanya kritik saja yang disampaikannya, tapi
juga solusi.
Jangan pernah kita berprinsip bisa mengkritik tapi
tidak mau dikritik. Menerima kritikpun harus dengan hati, kita harus yakin
bahwa ketika orang lain mengkritik itu menunjukan kepada kita bahwa mereka
menginginkan kita menjadi lebih baik.
0 komentar:
Posting Komentar